Oleh: Rizki Ananda, S.Pd. (Binjai)
DEKLARASI | Batu Bara – Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2024 di Indonesia tinggal menghitung hari, tepatnya tanggal 14 Februari 2024. Tiga pasangan calon (paslon) telah muncul sebagai kandidat Presiden: Paslon nomor 01 dengan Anies Baswedan & Muhaimin Iskandar, Paslon nomor 02 dengan Prabowo Subianto & Gibran Rakabuming, dan Paslon nomor 03 dengan Ganjar Pranowo & Mahfud MD.
Generasi Z atau Generasi Zoomer, yang lahir antara tahun 1997-2012, menjadi sorotan dalam pemilihan ini. Namun, perlu dicatat bahwa golongan pemilih di masyarakat Indonesia terbagi menjadi tiga: Golongan I, yang memilih karena desakan dari keluarga, teman, atau faktor ikut-ikutan; Golongan II, yang memilih karena ketidaksukaan pada individu tertentu; dan Golongan III, yang memilih karena ada kecocokan gagasan.
Sayangnya, Golongan I dan II mendominasi Pemilihan Umum Pilpres Indonesia tahun 2024 ini. Kekhawatiran muncul bahwa hal ini dapat menghasilkan politik yang tidak sehat dan berpotensi menghalangi terpilihnya kandidat terbaik yang sesuai dengan kebutuhan Bangsa dan Negara Indonesia demi tercapainya Indonesia Emas 2045..
Menurut rekapitulasi DPT yang dilakukan oleh KPU, mayoritas pemilih Pemilu 2024 berasal dari kelompok generasi Z dan milenial. Melansir dari Republika, Komisioner KPU RI, Betty Epsilon Idroos, mengatakan sebanyak 46.800.161 atau 22,85 persen pemilih merupakan generasi Z.
Sedangkan pemilih dari generasi milenial sebanyak 66.822.389 orang atau 33,60 persen. Generasi milenial adalah sebutan untuk orang-orang yang lahir tahun 1980 sampai 1994. Minggu (2/7/2023).
Namun, fenomena menarik terungkap bahwa generasi ini cenderung malas berpolitik dan memiliki pengetahuan politik yang minim, dilansir dari IDN Times, menurut Dosen Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Ani Widyani Soetjipto mengatakan ada fenomena pada generasi milenial dan generasi Z, yakni mereka pada umumnya malas berpolitik. Selain itu, kata Ani, mayoritas pengetahuan politik kaum muda juga minim.
“Fenomena yang juga ditemukan, ini rata-rata generasi millenial dan generasi Z pada umumnya agak malas berpolitik, apatis dan menganggap bahwa politik itu bukan kegiatan yang menyenangkan dan fun untuk mereka,” kata dia dalam agenda diskusi Jurnal Perempuan bertajuk “Partisipasi Politik Perempuan dan Kelompok Muda dalam Demokrasi Indonesia,” Selasa (12/9/2023).
Sikap apatis para pemilih Gen Z dapat menjadi masalah serius dalam Pilpres 2024. Komentar-komentar meresahkan dari netizen di media sosial, termasuk pengkafiran terhadap non-pendukung kandidat tertentu, serangan personal kepada kandidat, dan penyebaran berita hoax, semakin menambah kompleksitas situasi.
Oleh karena itu, penting untuk mengedukasi para pemilih, terutama Gen Z, untuk memilih berdasarkan gagasan yang diusung oleh kandidat, bukan karena faktor-faktor eksternal seperti Personalitas ataupun isu SARA. Partisipasi aktif dalam proses demokrasi adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi bangsa ini.
Tentu, untuk memastikan pemilih Pilpres kita menjadi lebih rasional, penting untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya partisipasi dalam politik serta dampaknya bagi masa depan negara. Ini bisa dilakukan melalui pendidikan politik yang lebih menyeluruh yang mengedukasi tentang proses demokrasi, isu-isu politik dan lebih mengkritisi gagasan para Kandidat Paslon.
Selain itu, transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan dan proses pemilihan sangat penting. Pemilih perlu merasa bahwa suaranya memiliki dampak dan bahwa pemimpin yang terpilih benar-benar mewakili kepentingan mereka karena banyak juga selain Golput (Golongan Putih) yang tidak sedikit, ada juga Pemilih yang mendukung Paslon tertentu namun malas datang ke TPS dengan beberapa motif entah itu faktor domisili, waktu dsb nya. Semoga KPU & Bawaslu sudah memikirkan hal ini.
Penting juga untuk memerangi disinformasi dan berita palsu dengan meningkatkan literasi media dan memberikan sumber informasi yang terpercaya kepada pemilih.
Penulis menyarankan agar setiap Jubir dari setiap Kandidat Paslon aktif menjawab segala isu yang beredar di Medsos demi memuaskan para Pemilih Gen Z dan Millenial atau yang malas memilih menjadi menjadi tarik untuk berpartisipasi dalam Pemilu Pilpres nanti.
Dengan kombinasi pendidikan politik yang kuat, transparansi dalam pelaksanaan, pemanfaatan media sosial yang bijaksana serta upaya memerangi disinformasi, kita dapat membantu memastikan bahwa pemilih dalam Pilpres menjadi lebih rasional dan tentunya demokrasi kita menjadi lebih sehat demi meningkatkan potensi menuju Indonesia Emas 2045. (Roy)